Sabtu, 11 Januari 2014

Profil Keisuke Honda: Pemain Jepang Ber-Jersey AC Milan No. 10

Tumbuh sebagai fans AC Milan, Keisuke Honda akhirnya bergabung dengan tim impiannya dan tidak tanggung-tanggung langsung mengenakan jersey no. 10 yang merupakan warisan dari legenda-legenda Rossoneri. Honda yang merupakan pemain Jepang pertama yang bermain untuk AC Milan akhirnya resmi bergabung dengan Rossoneri pada tanggal 3 Januari 2014  dengan durasi kontrak tiga setengah tahun setelah sempat terjadi kesimpangsiuran informasi semenjak munculnya rumor bahwa dirinya akan bergabung dengan Milan di awal musim 2013/2014 lalu. Sempat menawarkan 2 juta Euro, tawaran Rossoneri ditolak oleh klub terdahulu Honda, CSKA Moscow, yang menginginkan dana tidak kurang dari 7 juta Euro. Ketidaksepakatan tersebut akhirnya membuat Milan memutuskan untuk menunggu kontrak Honda berakhir yang tersisa hanya setengah tahun. Kedatangan Kaisar Keisuke (julukan Keisuke Honda) ke San Siro kemudian dengan status bebas transfer dipandang sebagai salah satu rekrutan sukses AC Milan di musim 2013/2014 setelah sebelumnya berhasil mendatangkan Ricardo Kaka dari Real Madrid yang juga dengan cuma-cuma. Para fans AC Milan (a.k.a. Milanisti) perlu bersyukur bahwa Honda tidak jadi datang ke San Siro waktu itu, sebab seandainya sang bintang Jepang jadi datang di awal musim 2013/2014 lalu, maka bisa jadi wakil presiden AC Milan, Adriano Galliani tidak akan mendatangkan Ricardo Kaka, karena kedatangan Kaka memang tidak pernah direncakan sebelumnya. Demikian berdasarkan penuturan Adriano Galliani, sang juru transfer Milan. Tidak tercapainya kesepakatan dengan CSKA Moscow waktu itu menjadi berkah tersendiri untuk Rossoneri karena berhasil mendapatkan Honda dengan cuma-cuma dan untuk fans AC Milan karena dapat menyaksikan Honda dan Kaka bermain bersama.

Sama seperti bintang lainnya yang berlabuh di San Siro, kedatangan Keisuke Honda ke Milan menimbulkan euforia tersendiri di kalangan para fans AC Milan. Walaupun tidak sebesar yang ditimbulkan oleh bergabungnya kembali Kaka ke Milan beberapa waktu lalu (tentu saja), euforia yang muncul karena kedatangan Honda ke San Siro berdampak kepada larisnya jersey AC Milan nomor 10 atas nama dirinya. Bahkan karena larisnya jersey tersebut, beredar rumor bahwa tujuan utama Milan mendatangkan Honda adalah karena faktor komersil, yang mana langsung dibantah oleh Adriano Galliani, wakil presiden AC Milan. Terlepas dari kecermelangan Honda di atas lapangan yang secara otomatis membantah hal tersebut, nama Keisuke Honda memang menjadi aset komersil tersendiri untuk klub yang memilikinya, terutama untuk pangsa pasar Asia khususnya Jepang, yang sangat menggemari sepakbola. Mantan klub Honda di Liga Belanda, VVV-Venlo, adalah satu-satunya klub Eredivisie yang memiliki terjemahan bahasa Jepang untuk situs resmi mereka. Bahkan mereka memiliki fanclub dan fanshop di Jepang yang mana untuk klub yang relatif tidak terkenal seperti VVV-Venlo merupakan hal yang cukup unik. Tentu saja hal ini hanyalah akan membawa dampak positif untuk Milan yang memang sedang membutuhkan suntikan ekonomi di tengah krisis finansial yang dialami, baik oleh Rossoneri, maupun persepakbolaan Italia pada umumnya. Keuntungan finansial yang dibawa oleh Honda juga dapat menjadi peringan beban untuk pemilik klubSilvio Berlusconi, yang saat ini sedang menghadapi permasalahan hukum. Semoga Keisuke Honda menjadi sumber energi baru untuk Milan, baik di dalam maupun di luar lapangan, dan Milan semakin mendunia, terutama di Asia, khususnya di Jepang dan di Indonesia. Pancarkan sinarmu, Keisuke Honda! Baca juga "Keisuke Honda: Pemain AC Milan Pertama dari Jepang".

Sabtu, 28 Desember 2013

Keisuke Honda: Pemain AC Milan Pertama dari Jepang

Keisuke Honda, yang sering disapa Emperor Keisuke adalah pemain AC Milan pertama yang berasal dari Jepang dan merupakan pemain Jepang ke-10 yang bermain di Serie A setelah Hidetoshi Nakata, dkk, yang sudah terlebih dahulu akrab dengan para penggemar sepakbola Liga Italia. Honda yang didapatkan secara cuma-cuma oleh AC Milan dari CSKA Moscow dapat bermain di berbagai posisi antara lain sebagai attacking midfielder (gelandang serang), deep-lying playmaker, atau second striker, yakni posisi yang kurang lebih sama seperti yang diemban oleh bintang AC Milan, Ricardo Kaka

Sama seperti Kaka, posisi favorit Honda adalah bermain di belakang penyerang, yaitu sebagai central attacking midfielder atau yang biasa disebut sebagai trequartista, dalam konteks sepakbola Italia. Keputusan Honda untuk tidak memperpanjang kontraknya dengan CSKA Moscow dan bergabung dengan AC Milan dipandang sebagai keputusan yang tepat mengingat Milan saat ini sedang kekurangan tenaga yang mampu mendukung penyerang utamanya saat ini, Super Mario Balotelli. Ricardo Kaka yang menampilkan performa yang cemerlang secara umum semenjak bergabungnya kembali dirinya dengan Rossoneri di awal musim 2013/2014 hampir selalu bermain penuh dan tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat karena Milan tidak memiliki pelapis untuk dirinya, yang mana sangat dibutuhkan oleh Kaka mengingat usianya yang sudah menginjak kepala tiga. 

Bergabungnya Honda di San Siro, selain memberikan kesempatan kepada Kaka untuk mengembalikan energinya, juga memberikan kesempatan kepada pemain Jepang tersebut untuk menunjukkan kebintangannya yang selama ini telah diperlihatkannya bersama tim-tim yang ia bela. Selain di posisi attacking midfielder, Honda juga dapat ditempatkan di posisi deep-lying playmaker sebagai alternatif untuk kapten AC MilanRiccardo Montolivo, yang musim ini tidak bermain secemerlang musim sebelumnya. Pelatih timnas Jepang, Alberto Zaccheroni, yang juga adalah mantan pelatih AC Milan yang memberikan gelar scudetto ke-16 kepada Rossoneri mengatakan bahwa perpindahan Honda ke AC Milan baik untuk dirinya dan juga baik untuk Honda sendiri dan bahwa Honda adalah rekrutan yang tepat untuk AC Milan. "Apabila dia datang di bulan Januari, akan bagus buat dirinya dan saya. Kami memiliki waktu yang cukup antara sekarang sampai Piala Dunia untuk menyesuaikan diri dan apabila dia sukses masuk ke dalam paruh musim kedua maka itu berarti dia berhasil beradaptasi ke dalamnya dengan cara yang terbaik. Saya yakin bahwa dia akan membuat dirinya dihormati. Dia sangat kuat secara fisik dan memiliki teknik dan kepribadian yang bagus. Melatih Milan selama 3 tahun membuat saya tahu betapa pentingnya itu untuk para pemain di dalam tim," demikian Alberto Zaccheroni sebagaimana dikutip situs resmi AC Milan.

Honda yang berkaki kidal terkenal sebagai ahli eksekusi bola-bola mati, terutama dalam hal tendangan bebas dan penalti, kemampuan yang kurang lebih juga dimiliki oleh striker populer AC Milan, Mario Balotelli. Dengan bergabungnya Kaisar Keisuke ke AC Milan, Rossoneri akan memiliki pilihan untuk eksekusi bola-bola mati yang sebelum kedatangan pemain Jepang tersebut ke San Siro, hampir selalu diserahkan kepada Super Mario. Bila dilihat sekilas, teknik eksekusi tendangan bebas Honda sedikit di atas Balotelli, termasuk kemampuan melengkungkan bola, namun kekuatan tendangan diungguli oleh Balotelli. Semoga Honda, Kaka, dan Balotelli mampu membawa Milan bangkit dari keterpurukannya dan menjalani paruh musim kedua yang sukses. Selamat datang di San Siro, Keisuke Honda! Viva Rossoneri! Baca juga "Profil Keisuke Honda: Pemain Jepang Ber-Jersey AC Milan No. 10".

Rabu, 04 Desember 2013

Biografi Ricardo Kaka (2): Pemain Terbaik Dunia 2007

Kelanjutan dari biografi Ricardo Kaka, pemain AC Milan yang meraih gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA 2007: Di awal musim berikutnya, masih di tahun yang sama (2007), Kaka langsung membawa AC Milan memenangkan UEFA Super Cup mengalahkan tim Spanyol, Sevilla. Dan di bulan Desember di tahun itu, Milan dengan Kaka meraih trofi Club World Cup menundukkan Boca Juniors di final dan keluar sebagai tim Eropa pertama yang memenangkan trofi tersebut. Pada tanggal 17 Desember 2007, Kaka dianugrahi gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA 2007, dengan perolehan 1047 suara, mengalahkan Lionel Messi yang memperoleh 504 suara dan Cristiano Ronaldo 426 suara. Di tahun berikutnya, Kaka terpilih oleh majalah Time sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia berkat kontribusinya di dalam dan di luar lapangan.

Kebintangan Kaka bersama dengan Milan membuat Real Madrid tidak tahan untuk tidak merekrutnya, sehingga di bulan Juni tahun 2009, Milan yang tidak sanggup menolak tawaran sebesar 68.5 juta Euro dari Madrid terpaksa harus membuat fans Milan merelakan Kaka meninggalkan San Siro dan berlabuh di Madrid. Enam tahun yang dilalui oleh Ricardo Kaka bersama dengan Rossoneri bergelimangan dengan kesuksesan dan berbagai macam trofi yaitu 1 Scudetto, 1 Coppa dei Campioni, 1 Supercoppa di Lega, 1 Supercoppa Europea, dan 1 FIFA Club World Cup

Fase berikutnya dalam karirnya yang dilalui bersama Real Madrid tidak segemilang sebelumnya seperti sewaktu masih bersama Rossoneri. Empat tahun harus dilewati oleh Kaka di Madrid tanpa terlalu sering bermain, bila dibandingkan dengan saat-saat dirinya masih mengenakan kostum merah hitam, di mana dia menjadi tulang punggung tim. Selain harus bergumul dengan berbagai macam cedera yang menghampirinya, Kaka juga harus bersaing ketat dengan bintang-bintang Los Galacticos lainnya, sampai akhirnya dirinya memutuskan untuk kembali ke cinta sejatinya, AC Milan. Pada tanggal 2 September 2013, Milan mengkonfirmasikan kepulangan sang maestro Ricardo Kaka yang mana disambut dengan sukacita dan gegap gempita oleh seluruh fans AC Milan dan juga oleh hampir semua pencinta sepakbola di ranah Italia. Satu transfer yang membuat Adriano Galliani, Wakil Presiden AC Milan, dibanjiri pujian dari berbagai penjuru. Dan saat artikel ini ditulis, Kaka sedang menunjukkan kebintangannya sekali lagi dengan menjadi aktor utama kebangkitan Milan yang terpuruk hebat sejak awal musim.

Karir Kaka bersama tim nasional Brazil juga tidak kalah cemerlang. Kaka menjalani debutnya untuk timnas senior Brazil  pada tanggal 31 Januari 2002 dalam sebuah pertandingan persahabatan melawan Bolivia. Dia kemudian terpanggil ke dalam skuad Brazil untuk Piala Dunia 2002 yang mana dimenangkan oleh tim Samba pada waktu itu, walaupun dirinya tidak bermain terlalu banyak. Pada tahun 2003, Ricardo Kaka ditunjuk sebagai kapten untuk timnas U-23 Brazil di Piala Emas CONCACAF. Selecao keluar sebagai runner-up turnamen tersebut, setelah kalah dari Mexico. Dirinya juga merupakan bagian dari squad Brazil yang menjuarai Piala Konfederasi tahun 2005 dengan menundukkan Argentina 4-1 di final di mana Kaka mencetak 1 gol di partai final tersebut. Pada tahun 2006, Kaka yang termasuk bagian dari squad Brazil di Piala Dunia 2006 tidak bisa berpartisipasi terlalu jauh karena tim Samba harus tersingkir oleh Prancis di babak perempat final. Dirinya kembali bermain di Piala Konfederasi di tahun 2009 yang mana kemudian dimenangkan oleh Brazil setelah menundukkan Amerika Serikat 3–2 di final dan Kaka terpilih sebagai Man of the Match di partai final tersebut. Dia juga terpilih sebagai pemain terbaik di turnamen yang bersangkutan. Pada Piala Dunia 2010, Ricardo Kaka dan Brazil harus tersingkir di babak perempat final oleh Belanda yang akhirnya muncul sebagai runner-up turnamen tersebut. Selang waktu itu sampai saat artikel ini ditulis, Kaka juga terpanggil dalam beberapa partai persahabatan, termasuk yang terakhir di bulan Maret 2013 lalu untuk laga persahabatan melawan Italia dan Rusia. Harapan Kaka adalah bisa diikutsertakan juga dalam skuad Brazil untuk Piala Dunia 2014 yang akan dilangsungkan di Brazil sendiri. Semoga penampilan Kaka yang gemilang bersama Rossoneri saat ini, membuat pelatih Brazil, Luiz Felipe Scolari, tidak hanya mengikutsertakannya ke dalam skuad Selecao, namun juga mendapuknya sebagai kapten tim kuning-hijau. Doa kami untukmu, Kaka! Simak juga "Biografi Ricardo Kaka (1): Ballon d'Or ke-8 dari San Siro".

Selasa, 03 Desember 2013

Biografi Ricardo Kaka (1): Ballon d'Or ke-8 dari San Siro

Berikut adalah biografi Ricardo Kaka dari sisi persepakbolaan yang mana di puncak karirnya bersama Milan, Kaka memenangkan Ballon d'Or dan gelar Pemain Terbaik Dunia 2007 yang membuatnya semakin menjadi kecintaan publik San Siro waktu itu; bisa dibilang bahwa Kaka adalah pemain terpopuler AC Milan atau yang paling dicintai oleh fans Milan  (Milanisti) dalam 10 tahun terakhir, melebihi legenda dan mantan kapten AC Milan, Paolo Maldini ataupun striker legendaris Milan, Andriy Shevchenko.

Dilahirkan di Gama, Brazil, pada tahun 1982, Kaka bersama keluarganya pindah ke Sao Paulo pada saat dirinya berumur 7 tahun. Di sana Kaka bergabung dengan sebuah klub yunior lokal bernama "Alphaville", yang pada waktu itu berhasil maju ke final turnamen setempat. Pada saat itu, selain bermain sepakbola, Kaka juga bermain tenis. Dari situ, Kaka kemudian terpantau oleh klub lokal setempat yaitu Sao Paulo FC, yang mana Kaka kemudian bergabung dengan mereka di usia 8 tahun. Pada usia 15 tahun, Kaka menandatangani kontrak dengan Sao Paulo di mana kemudian dia berhasil mengantarkan tim muda Sao Paulo memenangkan Copa de Juvenil. Pada tahun 2001, Kaka menembus tim senior Sao Paulo dan berhasil mengantarkan klubnya tersebut memenangkan kejuaraan Torneio Rio-Sao Paulo.

Penampilan cemerlang Kaka bersama Sao Paulo membuat dirinya dilirik oleh AC Milan dan klub-klub Eropa lainnya. Adalah Milan yang kemudian berhasil mendatangkan Kaka ke San Siro dengan dana sebesar 8.5 juta Euro di tahun 2003. Di Milan, Ricardo Kaka mengenakan jersey dengan nomor punggung 22. Hanya perlu waktu sebulan buat Kaka untuk menembus starting lineup Milan yang dihuni pemain-pemain bintang. Pemain yang terkenal cepat, kuat, dan memiliki teknik memukau ini mengisi posisi Rui Costa yaitu sebagai gelandang serang atau playmaker. Suatu posisi yang mengharuskan kemampuan memahami permainan dan kreativitas yang tinggi sebagaimana yang memang dimiliki oleh Kaka. Sebagai trequartista, Kaka melayani striker-striker Milan yang saat itu dihuni oleh Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi, dan Jon Dahl Tomasson. Dari striker-striker Milan tersebut, adalah Andriy Shevchenko yang terkesan paling sehati dengan Kaka di mata para fans AC Milan. Di musim perdananya bersama AC Milan, Kaka mengantarkan Milan meraih gelar Scudetto dan UEFA Super Cup serta menempati posisi runner-up di Piala Intercontinental dan Supercoppa Italiana. 

Di musim berikutnya di periode 2004-2005, Milan memulai musim dengan menjuarai Supercoppa Italiana mengalahkan Lazio. Di musim tersebut, Kaka yang beroperasi di lapangan tengah, dengan berbekal kemampuan dribling di atas rata-rata dan segudang kualitas lainnya membentuk kelompok yang solid bersama Clarence Seedorf, Andrea Pirlo, Massimo Ambrosini, Gennaro Gattuso, dan juga Rui Costa di sepanjang musim itu. Dan di musim tersebut pula, Kaka membawa Milan mencapai final Liga Champions yang mana akhirnya dikalahkan oleh Liverpool dalam sebuah kekalahan dramatis yang cukup membekas di benak para fans AC Milan. Milan yang memimpin 3-0 di babak pertama harus menyerah melalui adu penalti setelah Liverpool bisa menyamakan kedudukan di babak kedua. Sebuah pengalaman yang tidak akan dilupakan oleh Rossoneri. Namun demikian, Kaka terpilih sebagai pemain tengah terbaik dalam Liga Champions musim itu.

Kepergian Andriy Shevchenko dari San Siro ke Chelsea pada tahun 2006 membuat Kaka diberi tambahan peran, yaitu sebagai striker Rossoneri. Di musim itu Kaka berganti-ganti posisi antara striker lubang di belakang Filippo Inzaghi dan sebagai penyerang. Musim itu adalah musim kesuksesan terbesar Kaka bersama Milan di mana dia berhasil mengantarkan Rossoneri meraih trofi Liga Champions dengan mengalahkan Liverpool di final. Sebuah kemenangan yang manis setelah apa yang terjadi dua tahun sebelumnya di mana Milan harus mengalami kekalahan yang sangat traumatis oleh tim tersebut. Kaka keluar sebagai top scorer Liga Champions dengan 10 gol. Prestasi Kaka bersama Milan tersebut kemudian membuat dirinya diganjar trofi Ballon d'Or, di mana Kaka merupakan pemain AC Milan ke-6 yang meraih trofi tersebut setelah Gianni Rivera, Ruud Gullit, Marco Van Basten (3 kali), George Weah, dan Andriy Shevchenko. Total 8 trofi Ballon d'Or tercatat atas nama pemain AC Milan sampai tahun 2007. Lanjut ke Biografi Ricardo Kaka bagian 2: Pemain Terbaik Dunia 2007.

Selasa, 26 November 2013

Profil dan Biodata Ricardo Kaka, Pemain Kesayangan Fans AC Milan

Ricardo Kaka lahir di Gama, Brazil, pada tanggal 22 April 1982 dengan nama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite. Adapun nama Kaka muncul dari ketidakbisaan adiknya mengucapkan nama "Ricardo" sehingga tercetuslah nama "Kaka". Adik Kaka, Digao, juga pernah bermain untuk Milan walaupun sangat jarang dimainkan, tidak seperti kakaknya yang merupakan tulang punggung AC Milan. Di masa bakti pertamanya maupun keduanya saat ini, Kaka merupakan pemain kesayangan fans AC Milan (Milanisti). Ayah Kaka, Bosco Izecson Pereira Leite, adalah seorang insinyur dan ibunya, Simone dos Santos, adalah seorang guru. Kaka dibesarkan dalam kondisi keuangan yang baik, sehingga dia tidak harus mengorbankan sekolahnya untuk sepakbola

Pada umur 15 tahun, Kaka diikat kontrak oleh Sao Paulo. Penampilan Kaka yang cemerlang bersama klub Brazil tersebut, membuat dirinya dilirik oleh Milan yang akhirnya mendatangkannya ke San Siro di tahun 2003. Enam tahun di Milan, Kaka menyumbangkan berbagai macam trofi kepada Rossoneri dan di puncak keemasannya bersama Milan, Kaka meraih trofi Ballon d'Or dan gelar Pemain Terbaik Dunia 2007. Pada tahun 2009, Kaka direkrut oleh raksasa Spanyol, Real Madrid. Empat tahun dilalui oleh Kaka bersama tim berjuluk Los Galacticos tersebut, sampai akhirnya dirinya kembali ke tim belahan jiwanya, AC Milan pada suatu hari yang ditunggu-tunggu oleh segenap fans AC Milan di tanggal 2 September 2013.

Kaka menikah pada tanggal 23 Desember 2005 dengan kekasihnya semasa kecilnya, Caroline Celico, di sebuah gereja di Sao Paulo. Mereka adalah teladan bagi pasangan manapun atas cinta sejati yang mereka miliki di mana mereka menjaga kesucian mereka hingga pernikahan mereka. Satu hal yang sangat langka dijumpai di belahan bumi Amerika maupun Eropa, lebih-lebih di kalangan hi-class seperti mereka. “Alkitab mengajarkan bahwa cinta sejati menunggu hingga menikah,” ucap Kaka kepada majalah Vanity Fair pada suatu saat. “Bila hidup kami begitu indah pada saat ini, aku percaya itu adalah karena kami menunggu," ucap Kaka tentang komitmen mereka akan kesucian yang dijaga mereka sepanjang perjalanan cinta mereka. Kaka dan Caroline memiliki seorang putra bernama Luca dan seorang putri bernama Isabella dari pernikahan mereka.

Sama seperti pesepakbola lainnya, terutama yang memiliki wajah rupawan seperti Kaka, Kaka didaulat sebagai model untuk merek-merek terkenal seperti Adidas dan Armani. Yang terakhir membuat dirinya tidak bisa berfoto bareng rekan-rekan setimnya dalam sebuah koleksi foto yang dirilis oleh Dolce & Gabbana di awal tahun 2007. Pemain bertinggi badan 186 cm ini juga dipilih oleh EA Sports di bulan Agustus 2010 sebagai model untuk cover dari game sepakbola FIFA 11. Sebagai seorang pemain sepakbola, tentunya Kaka memiliki role model yg menjadi referensinya, yaitu Rai, mantan pemain timnas Brazil yang juga kapten Sao Paulo. Dalam kehidupan pertemanannya, Kaka memiliki seorang sahabat bernama Marcelo Saragosa yang bermain untuk klub D.C. United. Mereka berdua menjadi best man satu sama lain di pernikahan masing-masing. Kaka juga berteman baik dengan bintang sepakbola lainnya yang cukup populer saat ini yaitu Radamel Falcao, pemain internasional Kolombia yang saat ini bermain di AS Monaco. Selain sepakbola, Kaka juga memiliki talenta di bidang seni di mana dia berduet dengan istrinya dalam sebuah lagu berjudul Presente de Deus yang adalah salah satu lagu dari album pertama istrinya, Caroline. Lagu tersebut ditulis sendiri oleh Kaka untuk Caroline dan didengungkan di acara pernikahan mereka.

Kaka, seorang Kristen yang taat, pada suatu ketika berkata "Aku belajar bahwa adalah iman yang menentukan terjadi atau tidaknya sesuatu." Pemain yang terkenal dengan selebrasinya yang mengangkat kedua tangannya dan menunjuk ke langit tersebut pernah mengalami suatu insiden yang hampir membuyarkan masa depannya di usianya yang ke-18, yaitu suatu kecelakaan di kolam renang yang mengakibatkan tulang belakangnya retak yang berpotensi pada kelumpuhan. Secara ajaib, Kaka pulih dari cederanya, di mana dia mengatribusikan kesembuhannya kepada Tuhan dan sejak saat itu rajin memberikan sebagian dari penghasilannya kepada gerejanya. Pada saat perayaan kemenangan Brazil atas Argentina di final Piala Konfederasi tahun 2005, Kaka bersama beberapa rekannya mengenakan kaos bertuliskan "Jesus Loves You" dalam berbagai bahasa. Dan dalam acara penyerahan gelar Pemain Terbaik Dunia 2007, Kaka mengatakan bahwa semasa mudanya dia hanya berkeinginan untuk menjadi pemain profesional Sao Paulo dan bermain sekali saja untuk timnas Brazil, namun Tuhan ternyata memberikan kepadanya lebih dari apa yang dia minta. 

Beberapa saat sekembalinya Kaka ke AC Milan untuk masa bakti keduanya yaitu di saat ini, Kaka mengatakan bahwa dia ingin melewati banyak momen menyenangkan bersama-sama para fans AC Milan dan juga berharap dapat menembus squad timnas Brazil untuk Piala Dunia 2014. Mari kita doakan agar Tuhan memberikan kepada Kaka lebih daripada itu, yaitu ban kapten timnas Brazil, performa yang cemerlang, dan juga pastinya kesuksesan bersama tim merah-hitam. Buona Fortuna, Kaka! Buona Fortuna, Rossoneri! Baca pula "Ricardo Kaka: Kembalinya Sang Maestro".

Selasa, 19 November 2013

Ricardo Kaka: Kembalinya Sang Maestro

Siapakah fans AC Milan yang tidak mengenal Kaka, pemain dengan nama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite yang juga sering disapa Ricardo Kaka? Ricky Kaka bukan hanya kesayangan fans Milan alias Milanisti, namun juga pemain favorit publik sepakbola dunia dan kehormatan pemain-pemain sepakbola sesama koleganya. Di manapun Kaka berada, selalu ada ikatan yang kuat antara dirinya dengan orang-orang di sekelilingnya, khususnya para fans klub di mana dia berada. Di antara klub-klub yang pernah dibelanya, adalah Milan yang paling memiliki tempat di hati Kaka. Wakil Presiden AC Milan, Adriano Galliani, mengatakan pada suatu saat menjelang saat-saat kembalinya Kaka ke Milan dari Real Madrid bahwa "Beberapa cinta tak pernah mati, mereka hanya pergi jauh untuk kemudian kembali lagi." Begitulah kira-kira cinta antara Milan dan Kaka. Cinta yang sempat terhenti 4 tahun itu kini berlanjut kembali dengan kembalinya sang maestro ke Milan dari tempat penempaannya di negeri matador.

Kaka dicintai bukan hanya karena permainannya yang memukau, atau parasnya yang rupawan, namun juga karena sikapnya yang merupakan teladan, inspirasi, dan kesukaan bagi orang-orang khususnya bagi rekan-rekan setimnya dan para koleganya para pemain sepakbola. Beberapa waktu lalu sekembalinya dirinya dari Real Madrid ke Milan, pada saat pertandingan Serie A pertamanya di masa bakti keduanya bersama Rossoneri, Kaka mengalami cedera otot paha di dalam pertandingan tersebut. Karena itu, Kaka meminta Milan untuk tidak menggajinya sampai dia sembuh dari cederanya. Atas hal ini, Adriano Galliani memujinya dan mengatakan betapa luar biasanya hubungan antara Kaka dan fans Milan.

Kenyataan lainnya juga belum lama ini diungkapkan Galliani bahwa bukanlah keinginan Kaka yang ingin meninggalkan Milan di tahun 2009 yang lalu, namun Milanlah yang terpaksa menjual Kaka ke Madrid karena alasan finansial. Hal ini tentu saja membuat Kaka semakin dicintai di San Siro. Ditambah kerelaan hatinya terhadap dipangkasnya gajinya untuk bisa bergabung kembali dengan Milan, membuat hubungan Kaka dan fans Milan semakin tak tergoyahkan. Kaka adalah Milan dan Milan adalah Kaka, tentunya tanpa mengabaikan punggawa-punggawa Rossoneri lainnya.

Saat ini, dalam kondisi Milan yang sedang berada dalam krisis, Kaka diharapkan dapat membawa Rossoneri kembali ke jalur kemenangan, ke habitat asli Rossoneri di papan atas klasemen. Kaka adalah pengaruh yang baik, di dalam dan di luar lapangan. Senioritasnya dan keteladanannya ditambah kharismanya membuatnya tidak susah untuk didengarkan oleh rekan-rekan setimnya terutama yuniornya. Belum lama ini, Urby Emanuelson, salah satu punggawa Rossoneri rekan setim Kaka saat ini, mengatakan bahwa Kaka seperti kapten dan selalu memberikan yang terbaik pada saat latihan maupun dalam pertandingan. Secara hirarki, saat ini Kaka adalah wakil kapten Milan, mendukung Riccardo Montolivo yang sudah menjadi kapten terlebih dahulu sebelum bergabungnya kembali Kaka ke Milan. Simak pula "Biografi Ricardo Kaka (1): Ballon d'Or ke-8 dari San Siro".

Sabtu, 16 November 2013

El Shaarawy (2): Striker Muda AC Milan Berambut Mohawk

El Shaarawy memulai kecermelangannya pada saat dipinjamkan oleh Genoa di musim 2010/2011 ke klub Serie B, Padova, yang mana berhasil dihantarkannya sampai ke laga play-off melawan Novara, walaupun akhirnya kalah dari tim tersebut. Performanya yang gemilang di musim tersebut membuatnya diganjar Serie B Player of the Year, dan sekaligus menarik minat Milan untuk merekrutnya. Kesepakatan terjadi dan pada tanggal 25 Juni 2011 pemain bergaya rambut mohawk ini berlabuh di San Siro. Di Milan, El Shaarawy mengenakan jersey bernomor punggung 92. Pertandingan debutnya untuk Milan adalah pada saat Milan bertandang ke San Paolo melawan Napoli di mana Rossoneri kalah 3–1 pada pertandingan tersebut. Tiga hari berikutnya, El Shaarawy mencetak gol pertamanya untuk Milan pada laga kandang melawan Udinese di San Siro yang berakhir dengan skor 1-1. Di laga tersebut, El Shaarawy turun menggantikan Alexandre Pato yang mengalami cedera. 

Secara keseluruhan, El Shaarawy bermain cukup baik di musim perdananya bersama Milan dan dirinya sendiri tidak menyangka mendapatkan kesempatan bermain sebanyak yang ia dapatkan di musim tersebut. Di tahun 2012,  El-Sha memperoleh penghargaan Serie A Young Footballer of the Year.

Di musim berikutnya, musim 2012/2013, Milan dilanda ketidakstabilan karena ditinggal sejumlah pemain bintangnya. Namun di saat yang sama, hal tersebut menjadi berkah untuk pemain-pemain muda Milan, terutama El Shaarawy yang merasa mendapatkan kesempatan bermain jauh lebih banyak setelah kepergian striker tajam Milan waktu itu, Zlatan Ibrahimovic. Bahkan dia akhirnya menjadi kran gol utama Milan di musim itu yang mana dia menjadi top scorer Serie A paruh musim dengan 14 gol dan juga menjadi top scorer Milan di semua kompetisi dengan 16 gol. Pada tanggal 15 Agustus 2012, El Shaarawy menjalani debutnya bersama timnas senior Italia dalam sebuah pertandingan persahabatan melawan Inggris yang berakhir dengan kekalahan Italia 2–1. Tiga bulan kemudian, pada pertandingan ketiga bersama tim nasional Italia, El Shaarawy mencetak gol pertamanya untuk
Gli Azzuri pada saat Italia berhadapan dengan Perancis pada sebuah laga persahabatan yang dimenangkan oleh Italia 2–1. Dan pada bulan Oktober 2012, El Shaarawy memperoleh gol pertamanya di Liga Champions pada saat Milan berhadapan dengan Zenit St. Petersburg yang mana sekaligus menjadi pencetak gol termuda Milan di Liga Champions yaitu umur 19 tahun 342 hari.

Pemain kelahiran 27 Oktober 1992 ini terkenal dengan gaya rambut mohawk-nya yang sudah identik dengan dirinya cukup lama. Di Milan, terdapat beberapa pemain dengan gaya rambut serupa, yakni Mario Balotelli dan Mbaye Niang. Mereka bertiga malah membentuk trio striker mohawk yang hanya ada di AC Milan. El-Sha termasuk pemain yang sangat memperhatikan penampilannya, bahkan bisa jadi agak sedikit berlebihan, setidaknya menurut mantan kapten AC Milan, Gennaro 'Rhino' Gattuso. Dirinya pernah sekali 'dilabrak' oleh Gattuso pada saat sedang mencabut bulu alis matanya. "Ketika dia melihatnya, wajahnya berubah menjadi seram seketika," kenang El Shaarawy. "Dia berkata: 'Kamu hanya perlu berpikir tentang bermain sepakbola, paham?' Dia adalah pria yang luar biasa. Saya akan merindukannya," demikian 
El Shaarawy. Baca juga "El Shaarawy (1): Pemain Muda AC Milan Penggemar Ricardo Kaka".